December 28, 2016

Open Source Ibarat Air yang Mengalir di Sungai

Penulis: Iwan Ramos Siallagan

[section_title title=”‘Napas’ Open Source dalam Kultur Perusahaan Red Hat”]

Sebagai perusahaan yang berkaitan dengan dunia open source, Red Hat memiliki kultur perusahaan yang terbilang unik. Seperti halnya komunitas open source yang menganut prinsip keterbukaan, saling berbagi/sharing, transparansi, dan kolaborasi, Red Hat pun menurut Damien juga menganut prinsip yang tidak jauh berbeda.

Kultur yang ada Red Hat juga digambarkan Jim Whitehurst, CEO Red Hat, dalam bukunya yang berjudul ‘The Open Organization: Igniting Passion and Performance’. Dalam buku yang sempat menjadi best seller di Harvard Bussines Reviewi ini, Jim menjelaskan kenapa suatu organisasi harus lebih terbuka, agile, dan responsif.

Buku ini hendak menjelaskan bagaimana banyak perusahaan menghadapi tantangan peralihan dari revolusi industri tradisonal menuju revolusi informasi dan digital. Data dan teknologi informasi telah menjadi penggerak dan penentu arah perusahaan dewasa ini.

Seperti komunitas open source, kultur kerja di Red Hat juga memegang prinsip-prinsip, seperti inklusif, meritocracy, dan gagasan dari semua elemen perusahaan (bukan top-down saja). Red Hat menginginkan suatu ide terbaik bagi perusahaanlah yang menang dan harus dianut semua elemen.

Meski demikian, menurut Damien, bos besarnya tersebut tetap menyatakan Red Hat tetap menganut sistem meritocracy bukannya democracy. Pada akhirnya, pucuk pimpinan juga yang menjadi penentu keputusan akhir walau harus melalui proses panjang (butuh feedback dari banyak pihak). Keuntungannya, keputusan yang diambil akan lebih tepat dan punya basis yang lebih kuat.

Tags: , , , , , ,


COMMENTS