MOBITEKNO – Sebagai perusahaan yang berkecimpung dalam data storage dan pengelolaannya, sudah sewajarnya jika NetApp Indonesia juga peduli dengan tren berbagai kota besar di Indonesia belakangan ini untuk menjadi Kota Pintar (Smart City) yang bisa menunjang berbagai aktivitas warganya.
Wajar saja, sebuah Kota Pintar hanya bisa terwujud jika didukung pengelolaan data dan informasi dari beragam sumber yang optimal dari pihak yang terkait, utamanya pemerintah kota.
Berlatar belakanga hal tersebut, NetApp Indonesia, bersama Lintasarta dan Avnet, belum lama ini (4/8/2016) Jakarta menggelar Indonesian Smart Nation Dialogue 2016 yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai pemerintah kota di Indonesia.
Transformasi digital yang terjadi saat ini di berbagai negara, termasuk di Indonesia, diprediksi akan membawa Indonesia menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 nanti. Prediksi ini sejalan pula dengan visi dari Presiden Joko Widodo yang didukung penerapan e-Government-nya.
Pemerintah kota di berbagai daerah Indoensia dalam hal ini sangat diharapkan peranannya dalam merumuskan strategi teknologi informasi ke dalam aspek pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat. Ini diimplementasikan melalui inisiatif Kota Pintar (Smart City).
Sebagai komitmen NetApp Indonesia dalam mendukung terwujudnya kota pintar, Indonesian Smart Nation Dialogue 2016 diharapkan bisa menjadi salah satu ajang workshop atau saran bertukar pikiran di antara pihak-pihak yang berterkaitan langsung dengan terwujudnya kota pintar di Indoensia.
Selain dihadiri oleh pemerintah kota Pekanbaru, Makassar, Yogyakarta, Semarang, Palembang, dan Bogor, workshop ini juga mengundang berbagai nara sumber, seperti Prof. Dr. Suhono Harso Supangkat (Ketua Umum Smart City Indonesia Forum), Srie Dhiandini (Kepala Bidang IT & Telematika, Pemerintah Kota Bandung), Rama Raditya (Founder & CEO Qlue), Gidion Barus (GM, IT Services Offering Management PT Aplikanusa Lintasarta), dan Anthonius Hutabarat (Channel & GTM Lead NetApp Indonesia).
Menurut Srie Dhiandini, Bandung yang menjadi salah satu Kota Pintar percontohan dan studi bagi para pemerintah kota lain di Indonesia menjelaskan bahwa untuk menjadi sebuah Kota Pintar dibutuhkan proses yang tidak sekejap.
Pemerintah kota Bandung sudah mulai menyusun master plan Kota Pintar sejak tahun 2012. Menurutnya, dalam membuat master plan, pihaknya harus mengidentifikasi secara tepat pola smart city yang cocok untuk kota Bandung agar semua aspirasi masyarakat Bandung bisa diakomodir dengan baik. Proses identifikasi inilah yang merupakan salah satu tahap tersulit dalam penyusunan master plan Kota Pintar.
Saran Srie kepada pemerintah kota lainnya adalah dalam mewujudkan Kota Pintar (Smart City), penting untuk mengidentifikasi pola master plan apa yang cocok diimplementasi di kotanya. Ini mengingat karakter (warga, kultur, geografis, dan lain-lain) setiap kota yang berbeda-beda.
Pandangan menarik juga disampaikan Prof. Suhono Harso Supangkat (Ketua Forum Smart City Indonesia). Menurutnya, pemerintah kota tidak akan pernah bisa mewujudkan Kota Pintar jika tidak mampu mengontrol tiga aspek, yaitu mindset (pola pikir) masyarakat, teknologi, dan governance (tatakelola).
“Mindset masyarakat misalnya sangat menentukan perwujudan seluruh program-program strategis pemerintah dan didukung teknologi yang memadai, serta tatakelola yang profesional dan kompeten,” jelas Prof. Dr. Suhono.
Tags: Anthonius Hutabarat, Avnet, Indonesian Smart Nation Dialogue 2016, Kota Pintar, Lintasarta, NetApp, NetApp Indonesia, Prof. Dr. Suhono Harso Supangkat, Samrt City, Srie Dhiandini