October 4, 2024

Digital Native Business di Asia Hadapi Tantangan Keamanan dalam Adopsi Cloud

Penulis: Rizki R
Digital Native Business di Asia Hadapi Tantangan Keamanan dalam Adopsi Cloud 

MobiteknoAkamai Technologies, baru-baru ini merilis studi terbarunya tentang tantangan yang dihadapi Digital Native Business (DNB) di Asia. Studi berjudul “Asia’s Digital Native Businesses Prioritize Security for Sustainable Growth” mengungkap bahwa perusahaan-perusahaan DNB menghadapi risiko keamanan yang signifikan seiring dengan percepatan adopsi teknologi cloud yang semakin kompleks.

Digital Native Business (DNB) adalah perusahaan yang mengadopsi teknologi dengan cepat dan agresif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di dunia online. Berdasarkan hasil studi Akamai, 9 dari 10 Digital Native Business memprioritaskan efisiensi dan produktivitas dalam 12 bulan ke depan. Investasi besar dilakukan pada teknologi seperti komputasi cloud dan layanan mikro yang didukung antarmuka pemrograman aplikasi (API).

Menurut IDC, pada tahun 2026, Digital Native Business diperkirakan akan mengeluarkan dana hingga $128,9 miliar untuk teknologi, dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 37,3% dialokasikan untuk teknologi berbasis cloud. Namun, percepatan adopsi ini juga meningkatkan risiko ancaman siber terhadap kinerja bisnis.

Digital Native Business

Tantangan Keamanan dan Kompleksitas Teknologi bagi Digital Native Business

Jay Jenkins, Chief Technology Officer di Akamai Cloud Computing, menjelaskan bahwa meskipun teknologi canggih membuka peluang besar bagi DNB, kompleksitas infrastruktur IT juga menciptakan risiko keamanan. Agar dapat mengoptimalkan potensi cloud, DNB perlu menerapkan pendekatan multi-cloud yang dapat menghindarkan mereka dari risiko vendor lock-in, meningkatkan fleksibilitas, dan mengoptimalkan biaya layanan cloud.

Dalam studi ini, 74% dari DNB di Asia telah sepenuhnya bermigrasi ke cloud atau sedang dalam proses adopsi teknologi cloud. Namun, 75% responden merasa aspek keamanan pada infrastruktur cloud mereka masih jauh dari harapan, terutama dibandingkan dengan aspek seperti latensi jaringan, penyimpanan data, dan sumber daya komputasi. Kompleksitas infrastruktur yang semakin meningkat membuat 44% responden kesulitan dalam memperkuat keamanan cloud mereka.

Akamai Ilustrasi 1

Keamanan API menjadi perhatian utama bagi DNB untuk mengatasi tantangan keamanan cloud. Berdasarkan riset Akamai, 9 dari 10 responden menganggap keamanan API sebagai fitur penting ketika mengevaluasi penyedia layanan cloud atau keamanan. Sebanyak 87% DNB bahkan menilai keamanan lebih penting dibandingkan kinerja, reputasi, atau biaya saat memilih penyedia cloud.

API, yang menjadi penghubung dalam infrastruktur cloud-native, seringkali menjadi target serangan siber seperti phishing, ransomware, dan penyusupan akun. Jenkins menekankan pentingnya DNB dalam menerapkan kerangka kerja keamanan modern, audit keamanan API secara berkala, serta kemampuan untuk memantau aktivitas API guna melindungi infrastruktur cloud mereka.

Industri yang Paling Rentan

Sektor-sektor seperti gaming, teknologi canggih, media video, dan e-commerce menjadi yang paling rentan terhadap ancaman siber. Di wilayah ASEAN, phishing menjadi ancaman utama bagi DNB. Serangan phishing yang semakin berkembang kini tidak hanya melalui email, tetapi juga merambah perangkat seluler dan platform media sosial.

App & API Protector

Oleh karena itu, investasi dalam teknologi anti-phishing di ASEAN lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya di Asia Pasifik dan Jepang (APJ).

Digital Native Business di Asia harus semakin waspada dalam menghadapi tantangan keamanan siber yang muncul seiring dengan adopsi cloud yang cepat. Dengan keamanan API sebagai prioritas utama, DNB perlu bekerja sama dengan mitra teknologi yang tepat untuk memitigasi risiko keamanan. Perusahaan DNB yang berhasil mengoptimalkan keamanan dan kinerja cloud mereka dapat terus tumbuh dengan berkelanjutan di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Tags: , , , , , , ,


COMMENTS