Mobitekno – Komitmen Huawei yang sudah eksis sejak lebih dari dua dekade di Indonesia bukan sekadar menawarkan solusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal tersebut telah dibuktikan Huawei dengan membuka pusat pelatihan dan sertifikasi bidang TIK yaitu ‘Huawei ASEAN Academy’ di Indonesia sejak awal 2021 lalu.
Hasilnya mulai terlihat karena Huawei sejauh ini telah berkontribusi mencetak 70 ribu talenta digital menyambut era ekonomi digital Indonesia yang diprediksi bakal mencapai US$ 330 miliar pada 2030. Huawei sendiri memasang target dapat mencetak 100 ribu talenta digital hingga 2025. Dari waktu yang tersisa sekitar tiga tahun sepertinya target bakal tercapai bahkan terlampaui.
Jun Zhang, VP, Huawei Asia Pacific Public Affairs and Communications mengatakan bahwa kehadiran akademi ini merupakan bentuk dari dukungan Huawei untuk Indonesia dalam menciptakan 100 ribu talenta digital hingga 2025. Apa yang disampaikannya patut dicermarti mengingat Indonesia sangat membutuhkan banyak talenta digital dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi digitalnya di masa mendatang.
Dalam banyak kesempatan sudah banyak kita dengar adanya urgensi kebutuhan talenta digital di tanah air. Seperti yang diungkapkan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
Akan kebutuhan 600 ribu talenta digital per tahun atau 9 juta talenta digital hingga 15 tahun ke depan.
Untuk mengenal akademi yang disebut sebagai yang terbesar dan terlengkap di antara Huawei Academy di kawasan Asia Pasifik, Huawei Indonesia mengajak beberapa media untuk mengunjungi langsung kampus ‘Huawei ASEAN Academy’ yang berkokasi CIBIS Park, Jakarta Selatan (24/11/2022).
Ada banyak kategori pelatihan yang disediakan di Huawei ASEAN Academy, termasuk kunjungan ke lokasi outdoor praktik dan pelatihan yang menyediakan berbagai macam peralatan infrastruktur tekomunikasi Huawei, yang biasanya ada di menara telekomunikasi atau disebut instalation site (greenfield site, rooftop site).
Huawei ASEAN Academy dibagi dalam tiga kategori pelatihan. Pertama, Business Institute yang difokuskan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap TIK di berbagai stakeholders. Kategori kedua, Technical Institute (Profesi & Pendidikan) yang ditujukan untuk para profesional yang menawarkan pelatihan dan sertifikasi terkait TIK (5G, AI, dll), sedangkan kategori ketiga adalah Engineering Institute (Vocational) yang menyediakan pelatihan manajemen proyek rekayasa, praktik berbasis skenario E2E, nirkabel, microwave,energy, DWDM, FTTx, USO, dan sertifikasi kemampuan teknik.
Beberapa peralatan infrastruktur diantaranya antenna yang mengubah sinyal RF ke gelombang elektromagnetik, AAU (active antena unit), RRU (Remote Radio Unit) hingga BBU (Base Band Unit). Semua perangkat ini telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di kawasan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), seperti di daerah pelosok di Papua.
Huawei juga menampilkan film dokumenter “Connecting the Islands” yang mengungkapkan transformasi digital yang dihadirkan oleh infrasatruktur telekomunikasi yang dapat dinikmati oleh penduduk di daerah 3T di seluruh Indonesia. Secara khusus film dokumenter ini ditayangkan pada perhelatan CSD Forum 2022 yang bertema, “Connectivity+: Innovate for Impact.”
“Indonesia merupakan negara yang besar dengan ribuan pulau yang membutuhkan infrastruktur merata untuk konektivitas, yang penting bagi transformasi digital. Sehingga kita bisa meraih dampak di ekonomi digital,” ujar Chairman of Huawei dalam siaran daring secara live di Jakarta (24/11/2022).
Menurutnya, banyak negara akan mengalami dampak positif dengan adanya konvergensi berbagai kemajuan teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI), 5G, cloud, dan lainnya untuk digunakan berbagai sektor industri, misalnya di pertanian (agricultural), dan lainnya. Ini semua memerlukan ketersedian talenta digital sehingga pengembangan talenta digital melalui edukasi dan literasi digital menjadi sangat penting ke depan.
“Harapannya bisa membantu ekonomi digital dengan talenta yang memiliki kemampuan (skill) digital untuk berkontribusi ke banyak orang dan ekonomi nasional,” tutupnya.
VP Public Affairs & Communications Department di Huawei Asia Pacific Jun Zhang juga menyampaikan bahwa kapasitas jaringan nirkabel (wireless) telah berkembang 10.000 kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Namun, masih banyak orang yang tidak dapat menggunakan jaringan seluler di daerah terpencil di Indonesia. Bahkan kesenjangan digital ini juga menjadi tantangan di banyak negara lainnya.
“Hampir 3 miliar orang, atau 37 persen dari populasi global, masih belum memiliki akses ke Internet. Sebagian besar dari mereka tinggal di daerah terpencil. Huawei selalu memiliki misi untuk menghadirkan digital ke setiap orang, rumah, dan organisasi untuk dunia yang sepenuhnya terhubung dan cerdas,” ujar Zhang di Huawei Indonesia Media Salon di Huawei ASEAN Academy di CIBIS Park, Jakarta Selatan (24/11/2022).
VP Delivery & Service di Huawei Indonesia Lai Chaosen juga mentakan bahwa pemulihan dan transformasi ekonomi yang lebih cepat di semua dimensi kehidupan akan dimungkinkan dengan adanya infrastruktur digital yang lebih baik di tanah air.
“Ke depannya, Huawei akan mendorong peningkatan konektivitas yang berkualitas untuk seluruh ekosistem digital Indonesia sehingga ekosistem digital menjadi mesin utama ekonomi digital yang terintegrasi dengan seluruh perekonomian nasional,” ujar Lai.
Tags: 5G, ekonomi digital, Huawei, Huawei ASEAN Academy, Huawei Indonesia, Indonesia, talenta digital, Teknologi Informasi dan Komunikasi, TICK