Mobitekno – Kenyataan ini diungkap oleh F5 dalam sebuah sesi Media Gathering bersama media bberapa hari lalu. Data memang menjadi harta berharga di saat sekarang ini. Oleh sebab itu, ada banyak pihak yang mengincar data untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Tidak heran, kasus pencurian data selalu terjadi setiap tahunnya. Bahkan, menurut laporan Juniper, kerugian yang diakibatkan pencurian data ini mencapai angka US$ 48 miliar.
“Kecenderungan banyak orang memang akan menggunakan password yang sederhana, jika tidak didorong oleh sistem yang ada. Itu sudah menjadi hal yang umum di negara manapun, tidak hanya di Indonesia,” ujar Andre Iswanto, Head of Solution Engineer F5 Networks Indonesia. “Oleh karena itu, kini banyak layanan yang mengintegrasikan fitur untuk meminta user menggunakan password yang lebih aman. Contohnya dengan menggunakan kombinasi huruf, angka, atau karakter yang lain. Jadi user didorong paksa untuk membuat passowrd yang aman,” tambah Andre.
Andre juga menambahkan, dI negara maju dan melek teknologi, banyak orang yang sadar tentang pentingnya keamanan data ini, terutama untuk password. Namun sayangnya, hal itu tidak terjadi di negara-negara lainnya, terutama yang baru melek teknologi, seperti Indonesia. Bahkan, menurut F5, indonesia masih terlalu santai untuk keamanan penggunaan data dirinya di dunia maya. Masih banyak orang yang mengikhlaskan passordnya tercuri. Padahal, data seperti tempat tanggal lahir dan ibu kandung merupakan salah satu data yang sensitif.
“Di Indonesia, justru beberapa orang masih dengan sukarela menyerahkan data dirinya. Contohnya jika menemukan sebuah permainan di internet. Saat diminta untuk memasukkan data penting, mereka dengan sukarela menyerahkannya. Padahal buat yang melek teknologi, itu merupakan potensi untuk sebuah kasus pencurian data,” lanjut Andre.
Segmen yang Paling Diincar
Menurut data Verizon, 70 persen kasus pencurian data dilakukan oleh pelaku dari luar (outsider). Dan, 86 persen kasus pencurian data termotivasi karena masalah keuangan. Selain itu, 43 persen kejadian pencurian ada di aplikasi-aplikasi web. Ini menandakan bahwa keamanan di aplikasi web masih harus ditingkatkan lagi.
Memang di setiap service (layanan) dari sebuah aplikasi web, ada beberapa layer di dalamnya, mulai dari Code Application hingga sampai ke customer. Saat user mengakses sebuah aplikasi web, sebenarnya ia harus lolos dari beberapa layer, seperti Ddos, DNS, CDN, App Security, API Gateway, dan masih banyak lagi. Di sinilah F5 mengambil peranan untuk mengamankan proses atau trafik sebuah data saat diakses dari Code ke customer.
Ada empat pilar yang menjadi security framework dari F5 untuk mengamankan setiap service, yaitu:
- F5 mengamankan dari sisi aplikasinya terlebih dahulu.
- Selanjutnya F5 akan mengamankan layer Infrastuktur.
- F5 juga akan memeriksa user yang mengakses data, apakah memilikiotorisasi atau tidak.
- Terakhir adalah menggunakan Intelligent Security Threat Service untuk memastikan hasil analitik dari service aman untuk diakses.
Angka pencurian data memang masih cukup besar karena ada uang di dalamnya. Menurut F5, hingga saat ini, sektor ecommerce dan FSI (Financial Service Industry) masih menjadi top segmen yang paling diincar penjahat cyber untuk mencuri data penting. Potensi peretasan di dua segmen tersebut masih cukup tinggi.
Perkembangan Akuisisi F5 Terhadap Shape
Di bulan Januari lalu, F5 memang sudah mengakuisisi Shape untuk melengkapi portofolia solusi keamanannya. Akuisisi ini menurut F5 merupakan sebuah Kombinasi yang powerful. Dari sisi F5 yang memiliki layanan (service) yang sudah baik, dipadukan dengan Shape yang memiliki pengalaman di apliaksi keamanan. Kombinasi ini tidak hanya membuat F5 mampu menyediakan aplikasi secara aman, tetapi juga memastikan aplikasi tersebut dapat bekerja dengan baik. Dengan demikian, customer yang menggunakan aplikasi ini menjadi lebih aman dan nyaman.
Hingga saat ini, hasil dari akuisisi ini memang belum terlihat. Hal ini karena tebentur masalah pandemi Covid-19 yang terjadi sudah lebih dari 3 bulan. Perusahaan-perusahaan yang pada Januari dan februari sudah memikirkan untuk menjajaki penggunaan solusi F5, fokusnya menjadi berubah sejak adanya pandemi. Mereka menjadi lebih fokus untuk menyediakan akses yang mudah untuk pekerjaan karyawannya terlebih dahulu. Inilah yang membuat F5 masih terus menjajaki petensial usernya, terutama di Indonesia.
“Namun, kini masyarakat sudah bersiap diri menghadapi era New Normal. Perusahaan pun juga mulai memikirkan kembali rencana yang sudah mereka susun sebelum adanya pandemi. Customer pun mulai bergerak meng-explore lebih lanjut untuk teknologi dari F5 dan Shape,” tutup Andre.
Tags: data breach, F5, F5 and Shape, F5 Networks, Pencurian Data, Shape