Mobitekno – Semakin marak dan canggihnya kejahatan siber saat ini menuntut kita untuk senantiasa meningkatkan kewsapadaan dan kesadaran kita untuk selalu awear terhadap berbagai kemungkinan serangan kejahatan siber. Terlebih era digitalisasi saat ini yang menuntut penggunaan berbagai solusi IT berbasis cloud. Pada tahun 2020, diperkirakan lebih dari 20 miliar perangkat IoT akan terhubung secara global – menciptakan peluang besar bagi penjahat siber untuk mengeksploitasinya.
Sementara itu tak dapat dipungkiri bahwa negara ini juga memiliki predikat sangat rawan terhadap serangan cyber seperti malware, ransomware, hingga aksi penyalahgunaan teknologi seperti hacking dan pencurian data.
Hal itulah yang menjadi latar belakang diadakannya “Cyber Security: InfoSec Summit Indonesia”. Event ini mengupas tuntas tentang pentingnya Cyber Security dan berbagai teknik pengaplikasiannya dalam berbagai sektor industri di tanah air dalam upaya mendukung Visi Ekonomi Indonesia 2020 menuju The Digital Energy of Asia.
InfoSec Summit ini adalah acara khusus untuk pembuat kebijakan cybersecurity, inisiator, profesional, inovator, penyedia layanan dan dan konsumen sebagai pengguna akhir.
“Saya sangat meyakini bahwa cybersecurity akan menjadi bagian integral dalam setiap organisasi, tak peduli bagaimanapun ukurannya,” ujar Patrick Dannacher, CEO of Stonetreegroup, saat media briefing di ajang InfoSec Summit 2019 yang digelar di Jakarta, Kamis (29/8).
Lebih jauh Patrick menjelaskan bahwa serangan siber kini telah berevolusi menjadi sangat marak dan canggih, oleh karena itu acara konferensi ini membahas masalah yang dihadapi institusi dan korporasi dalam lanskap keamanan TI saat ini.
Menurut Patrick, dengan munculnya teknologi generasi berikutnya seperti pembelajaran mesin (machine learning), penjahat siber menciptakan teknik yang lebih kompleks dan efektif yang diharapkan dapat jauh lebih berbahaya – menjadi lebih canggih, dapat beroperasi secara mandiri, dan semakin sulit dideteksi.
Kejahatan siber tingkat tinggi baru-baru ini telah menyebabkan perusahaan di seluruh dunia mengantisipasi kemungkinan adanya kerentanan dan implikasi negatif pada bisnis mereka. Tahun lalu, total pengeluaran keamanan siber di Asia Tenggara diperkirakan mencapai USD1,90 miliar dan diperkirakan akan tumbuh hingga USD5,45 miliar pada tahun 2025.
Sementara itu Andri Hutama Putra, President Direktur ATSEC Asia mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya InfoSec Summit 2019 adalah untuk memberi pemahaman dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya cybersecurity dalam rangka mengantisipasi berbagai serangan kejahatan siber yang semakin canggih dan bervariasi serta sulit dideteksi.
“Di acara ini kami tidak berjualan, melainkan hanya untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya ciber security,” ujar Andri. Meski tidak dipungkiri bahwa ITSEC Asia yang merupakan perusahaan cybersecurity terdepan di Asia-Pacific juga memberikan berbagai solusi dan layanan end to end IT security untuk semua level organisasi, baik korporat atau pun SME.
Tags: Cybersecurity, InfoSec Summit Indonesia, ITSEC Asia, keamanan siber, Kesadaran Keamanan Siber