March 28, 2024

Cybersecurity Readiness Index 2024: Seberapa Siapkah Organisasi di Indonesia Hadapi Ancaman Siber?

Penulis: Rizki R
Cybersecurity Readiness Index 2024: Seberapa Siapkah Organisasi di Indonesia Hadapi Ancaman Siber?  

Mobitekno – Dalam era hiperkoneksi dan lanskap ancaman siber yang berkembang dengan cepat, bisnis di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang signifikan dalam mempertahankan diri dari serangan cyber. Menurut Cybersecurity Readiness Index 2024 dari Cisco, hanya 12% dari organisasi di Indonesia memiliki tingkat kesiapan ‘Mature’ yang diperlukan untuk menghadapi risiko keamanan siber modern. Kendati begitu, lebih dari setengahnya (53%) masih berada dalam tahap Pemula atau Formatif dalam kesiapan mereka.

Cybersecurity Readiness Index 2024 mencatat insiden keamanan siber yang mengganggu bisnis diprediksi akan meningkat, dengan 96% responden menyatakan keyakinan akan terjadinya dalam 12 hingga 24 bulan mendatang. Hal ini menimbulkan biaya yang substansial, dengan 63% responden mengalami insiden dalam 12 bulan terakhir, dengan biaya minimal sebesar US$300.000.

Menanggapi laporan Cisco Cybersecurity Readiness Index 2024, Marina Kacaribu, Managing Director Cisco Indonesia, menjelaskan, “Threat landscape saat ini lebih rumit daripada sebelumnya, dan organisasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, terus tertinggal dalam ketahanan siber mereka,”

Cybersecurity Readiness Index 2024

Cybersecurity Readiness Index 2024 menyarankan agar perusahaan perlu mengadopsi pendekatan platform yang akan memberikan tampilan yang sederhana, aman, dan terpusat dari seluruh arsitektur mereka untuk memperkuat posisi keamanan mereka dan mengambil keuntungan terbaik dari peluang yang ditawarkan oleh teknologi yang sedang berkembang.

Temuan Cybersecurity Readiness Index 2024

Bakal Terjadi Insiden Siber: 96% dari responden mengatakan mereka merasa akan terjadi insiden keamanan siber yang mengganggu bisnis dalam 12 hingga 24 bulan mendatang. Biaya ketidaksiapan dapat menjadi hal yang substansial, karena 63% dari responden mengatakan mereka mengalami insiden keamanan siber dalam 12 bulan terakhir, dan 66% dari mereka yang terkena dampak mengatakan bahwa insiden tersebut menelan biaya setidaknya US$300.000 (sekitar IDR 4,7 miliar).

Penumpukan Solusi Titik (Point Solution Overload): Pendekatan tradisional dengan mengadopsi banyak solusi keamanan siber titik tidak memberikan hasil yang efektif, karena 91% responden mengakui bahwa memiliki banyak solusi titik melambatkan kemampuan tim mereka dalam mendeteksi, merespons, dan memulihkan diri dari insiden.

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran besar karena 76% organisasi mengatakan bahwa mereka telah mengimplementasikan sepuluh atau lebih solusi titik dalam tumpukan keamanan mereka, sementara 33% mengatakan bahwa mereka memiliki 30 atau lebih solusi titik.

Cybersecurity Readiness Index 2024 Cisco

Perangkat Tak Aman dan Tak Dikelola Menambah Kompleksitas: Cybersecurity Readiness Index 2024 menyebutkan 93% perusahaan mengatakan karyawan mereka mengakses platform perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola, dan 47% dari mereka menghabiskan satu perlima (20%) waktu mereka terhubung ke jaringan perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola.

Selain itu, 38% melaporkan bahwa karyawan mereka berpindah antara setidaknya enam jaringan dalam seminggu.

Masih Kekurangan Talenta Keamanan Siber: Kemajuan semakin terhambat oleh kekurangan talenta yang kritis, dengan 97% perusahaan menyoroti masalah ini. Bahkan, 59% perusahaan mengatakan bahwa mereka memiliki lebih dari sepuluh posisi terkait keamanan siber yang belum terisi dalam organisasi mereka pada saat survei dilakukan.

Meningkatnya Investasi Keamanan Siber: Perusahaan menyadari tantangan tersebut dan meningkatkan pertahanan mereka, dengan 84% berencana untuk melakukan peningkatan signifikan terhadap infrastruktur IT mereka dalam 12 hingga 24 bulan mendatang. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan hanya 41% yang berencana melakukannya tahun lalu.

IMG 20240329 133317

Terutama, organisasi berencana untuk meningkatkan solusi yang sudah ada (85%), menerapkan solusi baru (49%), dan berinvestasi dalam teknologi berbasis AI (74%).

Selain itu, semua perusahaan yang disurvei di Indonesia berencana untuk meningkatkan anggaran keamanan siber mereka dalam 12 bulan mendatang, dan 95% responden mengatakan anggaran mereka akan meningkat sebesar 10% atau lebih.

Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan harus mempercepat investasi mereka dalam keamanan siber, mengadopsi langkah-langkah inovatif, dan memperkuat ketahanan jaringan mereka. Adopsi pendekatan platform keamanan yang terpusat juga menjadi kunci, yang dapat memberikan tampilan yang sederhana dan aman dari seluruh arsitektur IT mereka.

Tags: , , , ,


COMMENTS