April 6, 2020

Ilmuwan Menganalisis Gejala COVID-19 Lewat Suara Batuk

Penulis: Rizki R
Ilmuwan Menganalisis Gejala COVID-19 Lewat Suara Batuk  

Mobitekno – Wabah pandemik COVID-19 yang saat ini melanda dunia membuat perangkat test kit semakin menipis, karena semakin banyak orang jatuh sakit. Ini yang menjadi sebab sejumlah tim peneliti di Universitas Carnegie Mellon mengembangkan cara yang lebih murah dan lebih mudah diakses untuk mendeteksi tanda-tanda virus, yakni melalui deteksi suara seperti dilansir Futurisme.

Tim ini telah mengerjakan solusi tersebut untuk sementara waktu, dan kini telah merilis aplikasi web versi awal yang disebut COVID Voice Detector. Aplikasi ini menggunakan algoritma yang dikembangkan sendiri yang didesain untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi pada suara pengguna.

Bila Anda ingin mencobanya sendiri, yang Anda butuhkan hanyalah sebuah smartphone atau komputer dengan mikrofon. Setelah Anda menyelesaikan proses pengaturan akun, tes akan meminta Anda untuk batuk beberapa kali, merekam serangkaian suara vokal, dan membaca alfabet. Aplikasi ini kemudian memberikan skor yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan algoritma meyakini Anda telah terinfeksi COVID-19.

“Apa yang kami coba lakukan adalah mengembangkan solusi berbasis suara, yang berdasarkan percobaan awal dan keahlian sebelumnya, kami yakin mungkin saja bisa. Hasil aplikasi ini masih sangat awal dan belum teruji,” kata Bhiksha Raj, seorang profesor di Carnegie Mellon yang juga bekerja pada proyek tersebut.

 

“Skor yang diperlihatkan di dalam aplikasi adalah indikator seberapa besar ‘gejala’ dalam suara Anda cocok dengan pasien COVID lain yang suaranya telah kami uji. Ini bukan saran medis. Tujuan utama dari upaya situs web kami pada titik ini adalah untuk mengumpulkan sejumlah besar rekaman suara yang dapat kami gunakan untuk memperbaiki algoritme menjadi sesuatu yang kami yakini.” paparnya.

20171203111706 Hati hati Kecanduan Smartphone Bisa Sebaabkan ketidakseimbangan Kerja Otak

Ilustrasi

Sebelum melangkah lebih jauh, aplikasi ini memang tidak serta merta menjadi pengganti untuk uji klinis virus corona. Jika Anda mengalami gejala virus apa pun, pastikan untuk menghubungi dokter. Sekali lagi, tidak disarankan menggunakan aplikasi web ini di rumah sakit atau yang lainnya.

Meski batuk penderita COVID-19 cukup khas, tantangan bagi tim peneliti adalah mendapatkan sampel audio dari pasien yang dikonfirmasi untuk melatih algoritma. Tim ini telah bekerja dari rumah sejak kampus Carnegie Mellon ditutup, sehingga telah menjangkau rekan-rekan di seluruh dunia yang telah bersentuhan langsung tidak hanya COVID-19 tetapi juga virus lainnya. Bahkan, mereka menggunakan wawancara berita dengan pasien untuk meningkatkan dataset mereka.

Sementara itu, Striner, orang yang telah bekerja sepanjang waktu untuk menyiapkan aplikasi, mengatakan, “Dalam hal diagnostik, tentu saja hasilnya tidak akan seakurat dengan mengambil swab. Tetapi dalam cakupan luas, akan sangat mudah memonitor banyak orang setiap hari, setiap pekan, pemantauan dalam skala yang sangat besar, ini memberi Anda cara untuk menangani kesehatan dan melacak wabah,”

Berkat pengambilan sampel secara sporadis, tim peneliti mengatakan sulit untuk mengukur akurasi aplikasi dari versi ini. Jadi, semakin banyak orang yang menggunakan aplikasi–sakit atau tidak– semakin banyak data yang harus dilatih oleh tim. Bahkan pada tahap awal, ini bisa menjadi ‘alat yang patut diperhitungkan’ dalam membantu orang melacak penyebaran virus corona bila mereka tidak memiliki akses ke tes resmi.

Tags: , , ,


COMMENTS