November 23, 2018

Red Hat: Bank Tidak Anggap Fintech Sebagai Musuh, Justru Harus Dirangkul

Penulis: Desmal Andi
Red Hat: Bank Tidak Anggap Fintech Sebagai Musuh, Justru Harus Dirangkul  

Mobitekno – Perusahaan-perusahaan financial technology (fintech) sedang berkembang cukup signifikan di Indonesia. Berbagai fintech baik yang menyasar kepada layanan pembayaran maupun peminjaman dana keuangan tumbuh pesat. Berbagai aplikasi pun muncul di perangkat mobile untuk kemudahan penggunaannya. Red Hat selaku perusahaan solusi open source yang sudah banyak digunakan oleh banyak Bank turut memperhatikan berkembangnya fintech ini. Teknologi cloud hybrid yang dimiliki Red Hat dinilai aman dan nyaman digunakan oleh industri perbankan karena dapat mengurangi biaya dan risiko secara lebih efektif.

Lalu apa hubungannya dengan fintech? Berkembangnya fintech dinilai banyak orang bisa mengancam keberadaan bank karena inovasi pada bank tertinggal dengan perusahaan-perusahan fintech yang ada saat ini. Oleh sebab itu, industri finansial seperti bank mau tidak mau harus mengambil pilihan supaya bisnisnya tetap berjalan.

“Teknologi terus berkembang dan banyak membantu startup-startup baru untuk meluncurkan berbagai layanan serta memberikan model bisnis yang baru di pasar,” ujar Rully Moulany, Country Manager Red Hat Indonesia saat berbincang dengan Mobitekno di kantor Red Hat Indonesia, Jakarta, 21/11/2018. “Adanya teknologi yang semakin inovatif juga menjadi sebuah tantangan bagi berbagai perusahaan konvensional.  Mereka (perusahaan konvensional) mau tidak mau harus mengambil pilihan untuk berkolaborasi dengan perusahaan startup (seperti fintech) supaya layanannya dapat lebih dinikmati oleh pelanggan secara digital,” lanjut Rully.

Rully juga menambahkan bahwa di era digital saat ini, ada tiga tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan konvensional seperti perbankan dengan tumbuhnya inovasi-inovasi  pada perusahaan startup seperti fintech.

Tantangan-tantangan tersebut adalah:

  1. Deregulasi yang ketat. Bank masih terikat dengan deregulasi dari pemerintah sehingga mereka tidak bisa bergerak bebas seperti fintech.
  2. Dari sisi organisasi. Banyak bank yang sudah memiliki organisasi baku yang sudah memberikan banyak manfaat untuk masyarakat. Organisasi ini harus mampu berubah agar bisa mengejar inovasi di era digital ini. Mereka harus mengubah struktur yang ada supaya bisa lebih ringkas dan lincah dalam berinovasi.
  3. Biaya. Hingga saat ini tidak ada perusahaan yang tidak memikirkan biaya dalam operasionalnya. Keberadaan perusahaan startup seperti fintech mengharuskan perusahaan konvensional memikirkan biaya agar bisa berinovasi dan bisnisnya tetap lancar tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar

Namun, tantangan-tantangan ini justru bisa membuat perusahaan seperti bank bisa membuka inovasinya untuk layanan yang lebih baik.

“Bank tidak seharusnya menganggap fintech sebagai lawan usahanya. Justru bank harus merangulnya karena dengan menyesuaikan tantangan yang ada dengan inovasi baru bisa membuat atau menawarkan layanan yang lebih baik ke pelanggan. Semua harus menyesuaikan. Jangan sampai teknologi yang ada di fintech justru membuat sistem di Bank menjadi semakin tenggelam. Semua bisa dikolaborasikan,” tambah Rully.

Fintech pun juga harus menyesuaikan dengan bank. Bagaimanapun, keberadaan fintech tetap membutuhkan bank di belakangnya. Red Hat yang sudah berpengalaman dalam menjamin sistem yang aman dalam bank dengan model open source tentu bisa juga digunakan oleh perusahaan-perusahaan fintech. Mereka bisa menggunakan versi enterprise, menyesuaikan dengan solusi yang digunakan bank-bank terkemuka. Arsitektur TI pada solusi Red Hat memiliki keamanan yang kuat, kecepatan proses yang lebih baik, serta fleksibilitas yang lebih besar. Oleh sebab itu, kinerja perusahaan pun dalam mengelola bisnis bisa menjadi lebih baik.

Tags: , ,


COMMENTS