May 13, 2018

Regulasi Blockchain dan Aset Digital Dibahas di Konferensi Blockchain & Fintech Jakarta

Penulis: Karyo | Editor: Desmal Andi
Regulasi Blockchain dan Aset Digital Dibahas di Konferensi Blockchain & Fintech Jakarta  

Mobitekno – Kehadiran Blockchain dan Aset Digital yang sedang berkembang pesat di dunia saat ini termasuk di Indonesia, membuat berbagai kalangan sibuk untuk mempelajari dan ikut terlibat dalam bisnis penambangan matauang digital yang sangat menggiurkan ini.

Potensi bisnis baru yang bernilai milyaran dolar ini banyak menyedot perhatian berbagai kalangan. Oleh karena itulah beberapa pelaku di bisnis ini baru saja menggelar sebuah konferensi bertajuk Konferensi Blockchain Indo 2018, yang merupakan Konferensi Blockchain dan Fintech terbesar saat ini.

Blockchain Indo 2018 yang digelar di Jakarta, 11-12 Mei 2018 ini menghadirkan pembicara global dari Eropa, Amerika dan Asia termasuk dari Indonesia yang membahas tentang teknologi, aspek regulasi dari Blockchain, keuangan Islam, ICO, teknologi baru dan aset digital.

Konferensi ini dihadiri oleh hampir 1000 orang dari seluruh dunia, terdiri dari pembicara ahli, peserta dan peserta pameran. Ada lebih dari 30 perusahaan yang berpartisipasi sebagai sponsor. Mereka memamerkan berbagai platform Blockchain, teknologi baru, ICO dan bisnis digital yang dipimpin oleh sponsor utama financial.org. Sponsor utama lainnya adalah MOS, Summico, Mfun, Fiipay, Next Level Consulting, Elzar Shariah, dan Ultroneum, semuanya dari luar negeri.

Di antara topik-topik menarik menarik perhatian pasar digital Indonesia berasal dari Mr Matthew J Martin. Pakar blockchain sekaligus CEO Blossom Finance ini membahas kaitan antara bitcoin dengan ekonomi Islam.

Topik tersebut menarik karena Asia Tenggara, terutama pasar Indonesia memiliki potensi besar untuk sektor Blockchain dan fintech, khususnya di Keuangan Islam dan Bisnis Digital. Beberapa topik yang dibahas di antaranya adalah tentang apakah Bitcoin adalah halal untuk muslim, peraturan tentang aset digital, evolusi crypto dalam manajemen keuangan, wanita dalam blockchain dan blockchain dalam bisnis bunga.

 

 

 

 

Dr Zaharuddin A. Rahman (CEO Bayanat Fintech)

Selain Matthew J Martin, konferensi juga diisi oleh pembicara terkemuka di industri seperti Gebhard Scherrer (co-founder DATUM), Ville Oehman (praktisi dana investasi yang terdaftar di Otoritas Moneter Singapura), Robert Ryu (Korean Venture crypto-fund), Dr Zaharuddin AR (ICO berbasis syariah asal Malaysia, Bari Arijono (founder & CEO ADEI), dan sebagainya.
Blockchain INDO 2018 diharapkan untuk membawa ide-ide, pendapat, dan saran baru kepada otoritas tentang bagaimana teknologi baru dapat mempengaruhi ekonomi global dan negara dalam waktu dekat. Ajang ini dapat memberikan beberapa perspektif dan masukan tentang bagaimana Blockchain dan Aset Digital dapat diatur dengan benar di Indonesia. Ada beberapa perusahaan investasi yang berpartisipasi dalam Blockchain INDO.

Pembicara lainnya, Bari Arijono, pendiri dan CEO Digital Enterprise Indonesia (DEI) mengatakan bahwa revolusi digital di Indonesia baru pada tahap awal, banyak sektor industri yang mulai meluncurkan program transformasi digital, belum lagi industri keuangan yang sedang menjajaki kolaborasi dengan FinTech.

“Kehadiran Blockchain masih pada tahap awal di Indonesia yang memiliki potensi ekonomi digital diperkirakan bernilai 130 miliar USD pada tahun 2020. Akankah Blockchain dapat mengubah gaya hidup orang Indonesia? Jika Anda melihat apa yang telah diterapkan di negara lain, jawabannya sangat terlihat,” ujar Bari Arijono, di sela-sela acara konferensi tersebut di Jakarta, Jum’at (11/05/2018). “Pemerintah Indonesia harus siap untuk membuat peraturan baru mengenai perkembangan teknologi digital ini, seperti bagaimana mata uang digital di masa depan dapat merespon tantangan ekonomi yang semakin berat,” tambah Arijono.

BLockchain

Dr Zaharuddin A. Rahman (CEO Bayanat Fintech)

Sementara itu pembicara lainnya, Abas A Jalil, CEO Amanah Capital Group Limited sekaligus pakar keuangan di pasar Asia Tenggara mengatakan bahwa Asia Tenggara, terutama pasar Indonesia memiliki potensi besar untuk sektor Blockchain dan fintech, khususnya di Keuangan Islam dan Bisnis Digital. “Konferensi ini menjadi tempat pembukaan untuk kemajuan lebih lanjut dalam teknologi baru ini di Asia Tenggara terutama untuk Indonesia sendiri,” ujar Abas, pada kesempatan yang sama.

Tags: , ,


COMMENTS