March 12, 2017

Jangan Terkecoh dengan Skor DxOMark Huawei P9 yang Standar. Ini Penjelasannya!

Penulis: Iwan Ramos Siallagan
Jangan Terkecoh dengan Skor DxOMark Huawei P9 yang Standar. Ini Penjelasannya!  

MOBITEKNO – Huawei P9 merupakan smartphone high-end yang yang sangat mengunggulkan fitur kamera. Seperti smartphone lain di segmen tersebut, hasil foto berkualitas tinggi di segala kondisi dan kelengkapan fitur kamera menjadi syarat mutlak yang harus dimilikinya.

Bagi penggemar mobile photography sendiri, salah satu acuan untuk melihat kualitas dan kemampuan kamera dari smartphone adalah dengan berpatokan dengan skor yang diraihnya dari hasil analisis teknis kualitas image/foto DxOMark (DxOMark Score) dari DxO Labs. 

Basis skor DxOMark dari DxO Labs ini diambil dari hasil pengukuran selengkap/sebaik apa informasi yang bisa ditangkap (captured) oleh kamera yang bergantung pada karakteristik lensa dan sensor yang ada pada kamera.

Hadirnya Huawei P9 sejak tahun lalu membuat banyak fasn fotografi penasaran apakah Huawei akhirnya punya smartphone yang layak untuk masuk dalam sepuluh besar skor DxOMark. Huawei pada akhirnya memang dapat menembus skor DxOMark papan atas setelah akhirnya merilis suksesor P10 sebagai suksesor P9 pada ajang MWC 2017 lalu.

Beberapa smartphone yang sudah seperti Samsung (Galaxy S7), HTC (HTC 10), Sony (Sony Xperia X Performance), Motorola/Lenovo (Moto Z Force Droid), LG (G5), Apple (iPhone 7) atau Google (Pixel) yang mengejutkan dengan raihan skor DxOMark tertinggi (89 poin).

""

""

Lantas berapa skor DxOMark yang diraih Huawei P9 yang bahkan sudah menggandeng spesialis kamera Leica untuk menghadirkan teknologi dual-camera? Meski masih mendapat skor relatif tinggi (skor 80 poin), P9 masih di bawah skor Google Pixel (89 poin) atau smartphone HTC 10, Galaxy S7, dan Sony Xperia X Performance yang sama-sama meraih skor 88 poin.

Skor Huawei P9 juga tercatat masih di bawah skor suksesornya Huawei P10 dan beberapa smartphone high-end lainnya yang sudah lebih dulu diluncrukan, seperti Moto Z Droid, dan Galaxy S6 edge Plus dengan skor 87 poin.

Apakah ini berarti Huawei P9 masih belum memiliki kamera mumpuni jika dibandingkan dengan smartphone high-end lainnya di atas. Apakah memang Huawei menyadarinya lalu memperbaikinya pada suksesor Huawei P10 yang mencatat skor lebih baik (87 poin)? Apa yang sebenarnya terjadi?

""

Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu kembali ke prinsip suatu perbandingan produk. Apa yang dilakukan DxO Labs dengan menampilkan skor DxOMark adalah salah satu cara/metode untuk membandingkan kualitas foto dan video yang dihasilkan kamera dari produk smartphone dan kamera.

Penekannya di sini adalah 'salah satu cara'. Ini artinya, skor ini menjadi salah satu cara ideal untuk digunakan sebagai patokan mengukur baik tidaknya kualitas kamera pada suatu produk, dalam hal ini smartphone.

Skor DxOMark bisa dianalogikan seperti skor benchmark AnTuTu yang populer digunakan reviewer smartphone untuk menguji kinerja smartphone. Bagi reviewer sejati tentu sangat paham bahwa menilai suatu produk semata-mata dari pengujian sintetik (synthetic benchmark), seperti AnTuTu adalah hal yang kurang bijaksana.

Sudah pernah kita dengar, bagaimana vendor smartphone, seperti HTC, LG, Samsung, Sony, OnePlus, atau Meizu pernah ketahuan minimal sekali terbukti melakukan kecurangan dalam pengujian AnTuTu. Apa alasannya, sudah pasti agar hasil benchmark-nya berada di level tinggi.

Sebagai tool kategori synthetic benchmark, AnTuTu, punya keterbatasan yaitu tidak menggambarkan performa smartphone dalam menjalankan berbagai jenis aplikasi. Ini hanya bisa dilakukan dengan pengujian secara langsung pada berbagai aplikasi atau lazimnya disebut real world benchmarking.

Kembali ke skor DxOMark, pihak DxO Labs dalam hal ini mengambil keputusan untuk mengunakan sistem analisis baku yang bisa dijadikan acuan mudah bagi kebanyakan orang terkait bagaimana performa smarpthone (handphone) saat melakukan pemotretan.

Apabila skor akhir kamera mirrorless atau DSLR lebih ditentukan oleh kriteria/faktor, seperti dynamic range, color bit depth, dan noise, maka kriteria untuk smartphone lebih luas lagi (kompleks). Ini artinya, smartphone bisa saja unggul dalam satu aspek tetapi skor akhir lebih rendah karena gagal dalam satu atau dua kriteria lainnya.

Yang perlu diketahui di sini, P9 didesain oleh Huawei sebagai smartphone yang berfokus pada fotografi dan bukan pada kedua aspek (foto dan video). Adapun skor akhir DxOMark (DxOMark Mobile) 80 poin diperoleh berdasarkan skor yang diperolehnya dari dua aspek tersebut, dengan skor foto 84 poin dan skor video yang hanya 72 poin.

Jadi, bisa disimpulkan disini, meskipun skor fotonya relatif tinggi (84 poin), skor akhir P9 harus terkena dampak skor pada videonya yang relatif rendah. Pertanyaannya pun berlanjut, kenapa skor video P9 hanya 72 poin? Apakah Huawei memang tidak serius menggarap fitur video pada P9? Sama sekali tidak. Ini hanyalah soal bagaimana DxO Labs membuat parameter penilaian untuk protokol pengujian.

""

Apabila kita mengurai skor video DxOMark, dapat diketahui bahwa DxO Labs memberikan penilaiannya berdasarkan tujuh (7) parameter. Ketujuhnya antara lain, "Exposure & Content", Color, Autofocus, Texture, Noise, Artifatcs, dan terakhir Stabilization. 

Faktor Stabilization (20 poin) inilah yang dinilai kurang oleh DxO Labs. Argumen DxO Labs dalam hal ini adalah tidak adanya fitur 'stabilization video' pada kondisi standar (default mode). Padahal cukup dengan mengaktifkan opsi 'Stabiliser' pada Video Settings, fitur tersebut bisa langsung digunakan saat pengujian dan tentunya akan mendapat skor video DxOMark yang lebih baik (tinggi).

Apakah update software Huawei P9 berikutnya akan mengaktifkan fitur 'Stabiliser' secara default" masih perlu ditunggu saja saat Huawei merilis versi final EMUI 5.0 dengan basis Android 7.0 Nougat di bulan Maret ini.

Yang perlu ditekankan disini, keunggulan kamera Huawei P9 tidak perlu diragukan lagi. Bagi pengguna, akan lebih bijaksana jika Anda mengetahui kebutuhan fitur fotografi apa yang paling dibutuhkan dari suatu smartphone dan lakukan pengujian secara langsung. 

Selain itu, janganlah semata-mata berpatokan pada skor DxOMark. Ini bukanlah menyatakan bahwa skor DxOMark tidaklah valid, tapi hanya berpatokan pada satu skor benchmark bukanlah keputusan yang bijaksana bahkan bisa menyesatkan.

(ADV)

Tags: , , , , , , , , ,


COMMENTS