November 3, 2017

Studi Yogrt: Millenial Kurang Tertarik dengan Politik

Penulis: Rizki R
Studi Yogrt: Millenial Kurang Tertarik dengan Politik  

MOBITEKNO – Aplikasi media sosial berbasis lokasi, Yogrt, merilis temuan terbarunya yang mengungkap bahwa hanya 9% millenial akar rumput Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap isu politik. Temuan ini dilaporkan dalam "Studi Yogrt 2017: Enggan Ambil Risiko, Millenial Akar Rumput Kurang Minati Politik" yang melibatkan 5.000 pengguna sebagai responden dalam kurun waktu 8-25 September 2017.

Selain itu, yang lebih mengagetkan, studi ini juga mengungkap bahwa hanya 7% “millenial akar rumput” Indonesia yang tertarik dengan topik literatur atau buku. Sebaliknya, hiburan menjadi bahasan yang paling digemari – dengan rincian 45% meminati musik, 30% memilih film, dan 28% memilih agama.

“Yang perlu digarisbawahi, minat terhadap agama tampaknya bukan akibat dorongan ideologis, tetapi lebih karena keinginan bersosialisasi,” kata Roby Muhamad, Ph.D, Sosiolog Bidang Jejaring Sosial, dosen Psikologi Universitas Indonesia, sekaligus co-founder Yogrt saat pemaparan hasil studi Yogrt di Jakarta, Kamis (2/11).

Bila istilah "millenial" ini merujuk kelompok usia 15-34 tahun yang lekat gawai dan internet, maka secara spesifik "millenial akar rumput" terkategorisasi sebagai millenial berpenghasilan rumah tangga dibawah Rp5 juta per bulan.

Berdasarkan riset Boston Consultant Group (BCG), masyarakat Indonesia masih didominasi kelas berpenghasilan dibawah Rp5 juta per bulan; pada 2012 saja, jumlahnya melebihi 128 juta jiwa dan di tahun 2020 mendatang diproyeksikan melebihi 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia.

"Studi Yogrt 2017: Millenial Akar Rumput Indonesia” digagas Yogrt – aplikasi media sosial berbasis lokasi yang dikembangkan khusus untuk pasar Indonesia, untuk memahami karakter psikografis dan minat generasi millenial khas Tanah Air.

Karakter psikografis akar rumput Indonesia dari studi Yogrt 2017 ialah lebih mengutamakan nilai kebersamaan/ kekeluargaan, terbuka terhadap ide atau pemikiran baru, namun tak mau mengambil risiko dan tidak memprioritaskan nilai-nilai individualisme: pencapaian diri dan kekuasaan.

Dari sisi minat, Yogrt menemukan bahwa musik (45%), olahraga/ kesehatan (35%), cinta (31%), film (30%) dan agama (28%) menempati lima posisi teratas ketimbang nasionalisme (10%), politik (9%), berita luar negeri (8%), literatur/ buku (7%) dan saham (4%).

Keunikan mereka, semakin mengukuhkan posisi Yogrt sebagai platform media sosial yang jitu, sebab mereka membutuhkan sarana yang berbeda dair buatan luar negeri – yang diciptakan dan dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek psikografis para target pengguna.

Teknologi yang diterapkan didalam aplikasi Yogrt sejalan dengan nilai dasar utama milineal akar rumput Indonesia, yakni kebersamaan. Yogrt memungkinkan adanya kemudahan dalam menemukan teman baru dan membangun komunitas; lebih mengedepankan kesetaraan diantara penggunanya (egaliter) – bukan berdasarkan popularitas.

“Melalui slogan “disini teman, disana teman” insight paling utama yang didapatkan dari studi Yogrt ialah bagaimana memperlakukan mereka sebagai kelompok, di mana basis mereka itu identitas. Intinya gini, kalau orang sudah berkumpul dan terbangun trust, maka dari sanalah bisa terbangun ekonomi,” jelas Roby.

 

Tags: , ,


COMMENTS