March 2, 2017

"Disrupsi Adalah Kreasi", Sebuah Mantra Bagi Para Pemimpin Bisnis

Penulis: Daniel Ng
"Disrupsi Adalah Kreasi", Sebuah Mantra Bagi Para Pemimpin Bisnis  

MOBITEKNO – Berinovasi atau tertinggal. Para pelaku bisnis saat ini mengetahui akan hal tersebut dan telah menyaksikannya sendiri. Mulai dari Amazon hingga Uber dan Netflix, kita semua telah melihat perusahaan-perusahaan baru atau kecil terdisrupsi atau bahkan lenyap dalam hitungan bulan. Memanfaatkan teknologi adalah kunci utama. Perusahaan dari segala jenjang dan industri perlu menerapkan teknologi baru guna menciptakan model-model bisnis canggih yang mampu menghadirkan nilai yang lebih besar bagi para pelanggan mereka.

Pemerintah pun mendukung hal ini. Mulai dari Committee on the Future Economy di Singapura hingga ASEAN Economic Community yang dibentuk pada tahun 2015, serta Innovation Growth Programme di India, pemimpin-pemimpin pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang berpengaruh di wilayah tersebut terus memungkinkan perusahaan-perusahaan dari berbagai jenjang untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan inovatif, memanfaatkan teknologi dengan lebih baik, serta menerapkan model-model bisnis baru agar tetap relevan dan kompetitif.

Peluang-peluang telah tersedia, namun apa saja yang harus dipertimbangkan oleh para pemimpin bisnis ketika akan melakukan revolusi ini? Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memulainya:

Mulailah dengan para konsumen (dan data mereka)

Dengan meluasnya gaya hidup digital, para konsumen kini dimanjakan dengan berbagai pilihan dan memiliki ekspektasi yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Penting bagi para pebisnis untuk memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan mereka yang terus berubah dan memposisikan para pelanggan tersebut di pusat pengambilan keputusan. Bagaimana para pelaku bisnis dapat melakukan hal ini? Semua itu dimulai dengan data.

Saat ini, semua perusahaan (besar atau kecil) harus memiliki kemampuan-kemampuan untuk memanfaatkan model bisnis yang digerakkan oleh data, di mana para pekerja dapat mengekstrak informasi dari data dan menciptakan suatu gambaran holistik dari segmen-segmen pelanggan mereka. Bahkan, menurut laporan Forrester baru-baru ini, perusahaan-perusahaan yang mengutamakan wawasan pelanggan berkembang lebih cepat secara signifikan dibandingkan dengan para pesaing mereka karena mereka mampu mengoptimalkan setiap aspek bisnis mereka. Dengan tool yang tepat yang dapat memanfaatkan data yang dihasilkan dari berbagai sumber yang berbeda, data pelanggan dapat dengan mudah diubah menjadi aset bisnis terbesar yang pernah ada.

Mengubah budaya perusahaan

Kolaborasi merupakan kunci keberhasilan. Seluruh pemangku kepentingan, departemen, dan karyawan dalam suatu perusahaan perlu disejajarkan agar disrupsi kreatif dapat terjadi. Tidak akan ada perubahan dalam kondisi terisolasi.

Pemasaran berada di garis depan dalam proses ini karena memiliki pengetahuan terluas mengenai perilaku dan titik kontak pelanggan. Lini-lini bisnis memiliki pandangan yang jelas terkait tujuan dan tantangan bisnis secara keseluruhan. Divisi TI memiliki kemampuan teknik dan pengetahuan untuk menerapkan teknologi-teknologi canggih. Dan setiap karyawan memiliki peran dalam mengembangkan budaya perusahaan dan keterampilan-keterampilan individu masing-masing. Semua pihak perlu bekerja sama.

Di saat yang sama, penting bagi para pemimpin bisnis untuk memiliki budaya berinovasi, mendorong pengadopsian teknologi disruptif di seluruh perusahaan, serta berfokus pada peningkatan keterampilan setiap pekerja guna menciptakan budaya perusahaan yang inovatif. Perubahan ini dimulai dari atas, namun perlu menyebar ke seluruh bagian perusahaan.

Memanfaatkan keterampilan masa depan

Manusialah yang membentuk perusahaan. Tidak peduli seberapa canggih teknologi yang dimiliki, perusahaan yang kuat dibangun atas karyawan-karyawan terampil yang mengetahui cara terbaik untuk memanfaatkan informasi dan teknologi guna menghasilkan nilai bisnis yang lebih besar.

Namun, saat ini masih terdapat kesenjangan kemampuan TI di wilayah Asia Pasifik dan penting bagi para pemimpin bisnis untuk memberikan pelatihan dan kesempatan yang tepat bagi para karyawan untuk mengasah kemampuan mereka. Di saat yang sama, para pelaku bisnis harus bekerja sama dengan sektor publik, lembaga-lembaga akademik, serta perusahaan-perusahaan rekrutmen dan penempatan tenaga kerja untuk memastikan pekerja yang tepat diberikan kesempatan yang tepat dan ditempatkan di posisi yang tepat pula.

Dari segi bisnis, tanggung jawab berada di tangan para pemimpin untuk memastikan tim-tim mereka mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, berkolaborasi, dan tetap selaras dengan teknologi-teknologi yang inovatif dan proses-proses bisnis baru.

Menemukan mitra yang tepat

Salah satu cara bagi perusahaan agar semakin cerdas adalah dengan menemukan mitra teknologi yang tepat guna mendorong strategi data mereka.Dengan meningkatnya permintaan untuk memproses dan menganalisis volume data yang luar biasa besar, teknologi yang tepat akan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan berbagai jenis data, serta memberikan wawasan mendalam dan nilai bisnis. Mitra yang tepat dapat membantu menjembatani kesenjangan kemampuan IT dengan mengembangkan keahlian karyawan melalui pelatihan dan dukungan. Mitra yang tepat seharusnya tidak lagi hanya bertanggung jawab atas infrastruktur atau penerapan teknologi, namun juga harus sepenuhnya selaras dengan tujuan bisnis, strategi, dan kebutuhan dalam menerapkan teknologi tersebut. Mitra yang tepat harus membantu mendorong pebisnis dalam mengajukan lebih banyak pertanyaan atas data mereka, menemukan jawaban-jawaban yang lebih bermakna, serta membuat keputusan-keputusan yang lebih cerdas.

Tidak diragukan lagi bahwa masa depan bisnis apa pun saat ini berada pada disrupsi atau destruksi. Hanya melalui disrupsi, perusahaan mampu secara efektif memanfaatkan perubahan teknologi yang amat dibutuhkan di era digital ini.

Tags: , ,


COMMENTS