June 19, 2016

Faktor ‘Trump’ Jadi Alasan Apple Cabut Dukungannya ke Partai Republik?

Penulis: Iwan Ramos Siallagan
Faktor ‘Trump’ Jadi Alasan Apple Cabut Dukungannya ke Partai Republik?  

MOBITEKNO – Dukungan secara langsung atau tidak langsung bagi partai politik dalam pemilu di AS sudah lumrah dilakukan perusahaan besar, termasuk perusahaan yang datang dari industri TI.

Meski bantuan bisa mengalir bukan hanya ke satu partai di AS (Partai Republik, Partai Demokrat, dan partai kecil lainya), baik Microsoft, Facebook, Google, Apple, atau lainnya biasanya akan lebih meprioritaskan dukungannya kepada partai atau kandidat yang memiliki garis kebijaksanaan yang sesuai dengan kepentingan bisnis perusahaan mereka ke depan.

Pada pemilihan presiden AS 2016 yang akan mencapai puncaknya di bulan November 2016 ini, banyak pengamat politik memberikan prediksinya mengenai siapa saja kandidat presiden yang paling berpeluang menggantikan Presiden Barack Obama yang sudah menjabat selama dua periode (sejak 2009).

Apabila Hillary Clinton mungkin menjadi kandidat terkuat dari Partai Demokrat, di kubu Partai Republik diprediksi mungkin akan diwakili Donald Trump yang selama ini dikenal sebagai pengusaha, selebriti TV, dan tentu saja politikus yang cukup kontroversial.

Beberapa bulan menjelang titik klimaks pemilihan presiden AS nsnti, kabar mengerucutnya dukungan berbagai pihak ke salah satu kandidat mulai muncul di permukaan. Seperti laporan media politik Politico.com belum lama ini yang menyatakan bahwa raksasa teknologi, Apple, tidak akan memberikan dukungannya (dana dan dukungan lainnya) pada konvensi presidensial Parta Republik pada Juli nanti.

Apa alasan Apple menarik dukungannya ke Partai Republik belum diketahui secara pasti. Namun, faktor ‘Trump’ dengan pernyataan dan pandangannya yang kontroversial bagi beberapa pihak diduga menjadi salah satu alasannya.

Dalam kampanyenya, Trump sering menyuarakan pandangan politik yang yang dianggap banyak pihak kurang pro imigran, minoritas, dan persamaan hak wanita. Meskipun Apple sebelumnya sudah pernah mendukung Partai Republik dalam berbagai ajang politik, sosok Trump mungkin dianggap terlalu kontroversi bagi produsen iPhone tersebut.

Sejauh ini, perusahaan teknologi lainnya, seperti Facebook, Google, dan Microsoft masih mendukung konvensi tersebut. Dukungan tetap diberikan meski individu penting di salah satu perusahaan tersebut, seperti Mark Zuckerberg (Facebook), secara terang-terangan menentang pendekatan Trump terhadap masalah imigrasi. Sejauh ini perusahaan teknologi yang dikabarkan tidak memberikan dukungannya adalah HP.

Keputusan Apple jika nantinya memang tidak lagi mendukung Partai Republik, khususnya Trump, bisa dipahami jika dilihat dari beberapa aspek. Salah satunya adalah kebijaksanaan anti-imigran dari Trump yang bisa menghambat Apple menjaring SDM yang berkualitas dari seluruh dunia.

Trump bahkan terang-terangan pernah menyatakan akan ‘memaksa’ Apple untuk membuat produknya (mendirikan pabrik) di AS tanpa memberikan penjelasan spesifik bagaimana Apple akan menerimanya dari sisi ekonomis. Seperti diketahui, biaya manufaktur yang jauh lebih rendah menjadi salah satu alasan Apple membuat produknya di luar AS.

Dua aspek lainnya di luar aspek bisnis adalah pandangan Trump yang menentang masalah isu perubahan iklim global dan perkawinan sesama jenis yang di era Presiden Obama mulai mendapat angin segar.

Apple yang CEO-nya (Tim Cook) kebetulan seorang gay selama ini dietahui cukup gencar menyuarakan dukungannya pada kampanye ramah lingkungan dan dukungannya terhadap komunitas LGBT (lesbian, gay, bisexual, & transgender). Jadi, cukup masuk akal jika Apple atau Tim Cook secara personal menganggap Donald Trump bukan figur yang cocok memimpin negara Adidaya tersebut di masa mendatang.

 

 

Tags: , , , , , , , ,


COMMENTS