April 8, 2016

Huawei Big Video Summit 2016 Jadi Titik Tolak Kehadiran Solusi End-to-End Video 4K Ultra HD di Indonesia

Penulis: Iwan Ramos Siallagan
Huawei Big Video Summit 2016 Jadi Titik Tolak Kehadiran Solusi End-to-End Video 4K Ultra HD di Indonesia  

MOBITEKNO – PT Huawei Tech Investment (Huawei Indonesia) mengambil momen pelenggaraan Big Video Summit pertama di Indonesia (7/4/2016) untuk memperkenalkan solusi end-to-end 4K Ultra HD Big Video dan mengumumkan kerjasamanya dengan Telkom Indonesia dalam melakukan uji coba teknologi 4K di Indoneisa.

Acara yang berlangsung di Hotel Raffles, Jakarta ini merupakan bagian dari ajang Indonesia ICT Carnival ke-3 yang bertujuan untuk mempercepat transformasi bisnis digital dan menyambut era ultra-broadband di Indonesia.

Acara diresmikan oleh CEO Huawei Indonesia, Sheng Kai, dan Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos and Informatika (SDPPI) dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM (Balitbang SDM) Kementerian Kominfo, Basuki Yusuf Iskandar. Turut hadir pula Konsulat Bidang Ekonomi dan Perdagangan Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia, Wang Li Ping, dan Huawei CMO Pasifik Selatan, Lim Chee Siong.

Pada sambutannya, Basuki Yusuf Iskandar mengatakan bahwa kehadiran teknologi baru, dalam hal ini teknologi Big Video 4K ini sebaiknya tidak hanya membawa dampak bagi industri tapi juga sektor lain. Pemerintah berharap teknologi Big Video 4K juga membawa dampak positif bagi masyarakat untuk menjadi bukan hanya pengkonsumsi telnologi tapi juga penghasil teknologi (invatot teknologi).

Indonesia ICT Carnival ke-3 ini diisi pula oleh pidato keynote "Telkom Video-Centric Network Strategy" dari Hario Utomo, VP ISG, PT. Telkom Indonesia, yang memberi penekanan akan petingnya operator membangun jaringan untuk menyediakan pengalaman video terbaik bagi konsumennya. Pembicara lainnya, Oh Sangwon, Senior Manager LG U+ IPTV Service Dept, membagi pengalamannya seputar nilai bisnis dengan hadirnya teknologi Big Video atau video 4K tersebut.

Penjelasan lebih rinci mengenai apa itu standar teknolgi video 4K dan alasan tahun 2016 menjadi tahunnya 4K disampaikan oleh Chairil Anwar sebagai VP Business Development APAC, Grey Juice Lab Ltd. Salah salah indikasinya antara lain mulai beralihnya konsumen untuk membeli TV baru berstandar 4K yang kian terjangkau dan tersedianya berbagai konten video 4K baik secara online dari layanan content streaming (YouTube, Netflix, dan lain-lain) dan offline (hadinya 4K Blu-ray).

Menurut Anwar, dengan segala karakteristik video 4K ini, kebutuhan bandwidth untuk jaringan Internet pun meningkat drastis. Pihak provider Internet minimal harus menyediakan rekomendasi bandwidth broadband minimal sebesar 20 Mbps.

Huawei dalam rangka percepatan implementasi broadband dan video 4K di Indonesia telah bekerja sama operator PT. Telkom Indonesia dalam menyediakan solusi teknis algoritma CODEC video, platform video, dan terminal 4K. Menurut Lim Chee Siong, penjajakan Huawei dengan beberapa operator broadband lainnya sedang berlangsung hingga saat ini.

Huawei menyediakan solusi end-to-end bagi para operator untuk menghadirkan teknologi 4K di jaringan broadband. Huawei juga turut berkontribusi dalam pengembangan standar video CODEC ITU-T H.265 yang saat ini banyak menjadi pilihan berbagai streamin content provider, seprti Netflix dan YouTube.

Dalam tanya jawab dengan media, Mohamad Rosidi, deputy Director Solution Consulting Mobile Broadband, Huawei Tech. Indonesia menyampaikan bahwa setelah ui coba pertama 4K UHD Big Video oleh Huawei dan Telkom Indonesia berlangsung dengan sukses di Surabaya (18/3/2016), kota-kota besar Indonesia lainnya diharapkan akan segera menysusul.

Seperti diketahui, saat ini jaringan serat optik sebagai salah satu syarat infrastruktur teknologi 4K UHD direncanakan akan terus diperluas hingga menjangkau sekitar 500 kota di Indonesia pada tahun 2020 nanti.

Pada sesi tanya jawab ini juga Lim Chee Siong, Huawei CMO, Head of Strategy & Marketing Pasifik Selatan, juga menjelaskan bahwa adopsi teknologi 4K UHD saat ini baru dimungkinkan untuk jaringan kabel broadband (wired broadband) dan belum saatnya diterapkan untuk infrastruktur wireless broadband.

Alasannya menurut Lim Chee Siong adalah alokasi spektrum yang masih terbatas di Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia baru selesai melakukan refarming frekuensi untuk standar 4G. Menurutnya, teknologi streaming 4K UHD baru dimungkinkan jika teknologi mobile broadband 5G telah hadir dan alokasi spektrum, misalnya pada spektrum 71 GHz telah tersedia.

 

Tags: , , , , , , , ,


COMMENTS