April 4, 2016

Menjadi Nakhoda di Kapal Sendiri

Penulis: Karyo

Perjalanan  bahtera  Dicoding mengarungi  lautan dan samudera tentu  mengalami dan menghadapi  berbagai tantangan serta gelombang. Namun, berkat kegigihan dan keikhlasannya kini kapal Dicoding telah berlayar seperti layaknya kapal-kapal lainnya termasuk  kapal berbendera asing sekalipun. Setidaknya, hal itu bisa dibuktikan dengan sejumlah produk dan aplikasi yang dihasilkannnya. Saat ini, Dicoding sudah menghasilkan 1.415 aplikasi yang telah dibuat.

Kepiawaian dan kegigihan Naren sebagai nahkoda Dicoding, ditunjukan juga dengan pola kerja yang sangat padat. Rata-rata waktu kerjanya sampai 12 jam lebih setiap harinya. Bahkan, terkadang jam 3 atau jam 4 pagi sudah mulai bekerja hingga menjelang waktu maghrib tiba. “Kalau pekerjaan belum selesai ya saya teruskan setelah waktu sholat Isya,” ujar Naren.

Dari segi bisnis, pertumbuhan Dicoding telah menghasilkan  pertumbuhan yang cukup mencengangkan. Betapa tidak, Dicoding dengan modal awal 80 jt, kini telah mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat menggiurkan, berada pada posisi diluar rata-rata pertumbuhan bisnis  pada umumnya.

Meskipun demikian, bukan berarti  kapal Dicoding berjalan mulus tanpa mengalami tentangan dan gelombang. Berbagai tantangan dan hambatan telah dialami dan dilalui oleh Diecoding, bersama nakhoda seorang Naren. Menurut pengakuannya, Naren telah mengalami  beberapa kali penipuan dan pengambilan beberapa ide atau karyanya. “Ya saya juga  pernah ditipu, pernah juga ide dan karyanya diambil orang lain, ya macam-macamlah,” ungkap Naren.

Kadangkala, menurut Naren berkali-kali sudah rapat, namun ternyata gagal. Bahkan menurutnya sering sekali idenya diambil oleh orang lain. “Godaan lainnya adalah saat diundang rapat oleh klien, yang dikira membicarakan bisnis, tapi ternyata malah ingin diajak bergabung, ya saya tolak lah, “ ungkap Naren menceritakan pengalamannya.

Akan tetapi  Naren tidak merasa kecewa atau dendam terhadap hal itu. Bagi Naren, keyakinannya mengajarkan keikhlasan dalam berbuat. Sehingga hal itu tidak menjadi beban pikiran atau beban mental. “Hal itu saya anggap sebagai amal saja, biar sajalah, saya tidak kecewa atau dendam,” ujar Ketua Yayasan Masjidku Digital Indonesia.

“Filosofi hidup saya adalah  saya orangnya selalu optimis, dalam bisnis, dalam hidup atau bekerja. Kita kan sering menerima penolakan dan semacamnya. Biasanya yang ada dalam definisi kita adalah kekecewaan atau menjadi masalah. Dalam hal itu, saya tidak pernah mengganggap sebagai masalah. Intinya, saya selalu berbaik sangka pada Yang Maha Kaya. Apapun yang terjadi, itu yang terbaik buat kita,” ujar Naren yang nampak ilmu keikhlasannya.

Dengan mempunyai keyakinan dan filosofi tersebut, menurut Naren, selama menjadi seorang entrepreneur, dirinya banyak mengalami keajaiban atau  hal-hal yang terjadi di luar dugaan secara positif dalam bisnis dan kehidupannya.

Tags: , , , , ,


COMMENTS