October 12, 2015

Apa Motivasi Qualcomm Kembangkan Chip untuk Server?

Penulis: Iwan Ramos Siallagan
Apa Motivasi Qualcomm Kembangkan Chip untuk Server?  

MOBITEKNO – Superioritas performa dan efisiensi daya antara arsitektur satu dengan arsitektur lainnya sudah cukup lama kita dengar. Dua arsitektur yang kerap diperbandingkan, yaitu x86 dan ARM, sudah diimplementasikan di berbagai perangkat mulai dari smartphone, tablet, notebook, desktop hingga server.

Garda terdepan x86 yang diwakili Intel bisa disebut telah mendominasi dunia server dan desktop selama beberapa dekade ini. Eksistensi Intel x86 bahkan sudah merambat ke dunia mobile dengan hadirnya berbagai chip Intel di smartphone, tablet, dan ultra portable notebook.

Arsitektur ARM yang selama ini juga telah mendominasi dunia chip smartphone dan tablet (yang diincar Intel) juga tidak stagnan di sana. Belakangan, berlawanan dengan Intel, produsen chip berbasis ARM juga pada akhirnya mulai mencoba masuk ke dunia server.

Hasrat beberapa produsen chip server berbasis ARM masuk ke dunia server sebenarnya bukanlah hal baru karena telah mulai terdengar dua tahun lalu. Dua perintisnya yang selama ini cukup berpengaruh adalah AppliedMicro dan Cavium. Pada intinya, seperti di mobile, chip berbasis ARM jua menonjolkan keunggulannnya di aspek rasio performa per satuan dayanya dibandingkan chip server x86.

Keduanya memilih pendekatan berbeda dalam mendesain chip server ARM, AppliedMicro mengandalkan chip ARM dengan clock rate lebih tinggi daripada clock rate chip ARM umumnya,sedangkan Cavium lebih mengandalkan banyak core dengan clock lebih rendah.

Pemain lainnya yang juga dikabarkan sedang menggodok desain chip server ARM adalah AMD, Calxeda, Samsung, dan Qualcomm. Yang terakhir, Qualcomm bahkan belum lama mendemokan chip (SoC) server ARM SoC dengan 24 core berbasis ARMv8-A. Chip yang dibuat dengan proses teknologi FinFET merupakan bagian dari desain prototipe server lengkap dengan dukungan PCIe dan chipset storage-nya.

Keberhasilan chip Qualcomm di ranah barunya (server) nanti tidak terlepas dari berbagai faktor, seperti skala ekonomis, teknologi proses manufaktur chip, ekosistem yang sehat, target pasar baru, dan tentu saja hadirnya era cloud computing.

Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana Qualcomm mengambil peluang yang ada dari pasar server yang sangat didominasi oleh Intel (sekitar 90-an persen). Sejarah membuktikan, chip Intel sangat mengakar kuat di dunia server. Chip andalan mereka untuk server yang berbasis x86, Xeon telah menjadi pilihan nomor satu vendor server pada berbagai lini produknya.

Tidak heran jika produsen Calxeda akhirnya harus keluar dari usahanya menawarkan chip ARM pada server. Begitu juga Samsung yang berpikir dua kali sebelum memutuskan tidak masuk ke dunia chip server ARM untuk saat ini.

AMD yang saat ini menguasai dua dunia arsitektur (x86 dan ARM) memilih lebih “bijaksana” dengan memprioritaskan pengembangan arsitektur x86 untuk prosesor Zen ketimbang chip server K12 yang berbasis ARM. Tahun lalu, AMD telah mendemokan chip (SoC) ARM awalnya Opteron A1100 bersandi “Seattle” dengan maksimum 8 core ARM Cortex-A57 dan menyampaikan rencana besarnya untuk mengambungkan dua arsitektur, x86 dan ARM, pada satu platform yang dikenal sebagai project Skybridge.

Sayangnya niat penggabungan ini sepertinya “menguap” karena AMD akhirnya memustukan mengembangkan dua chip yang berbeda arsitektur secara terpisah, yaitu chip Zen (x86) dan chip K12 (ARM). AMD juga dikabarkan sedang bekerjasama dengan Facebook untuk menjajal full-custom server CPU berbasis ARM, meski belum tentu K12, pada data center Facebook dengan ratusan ribu servernya.

Lain AMD, lain pula Qualcomm. Qualcommm yang sangat mendominasi dunia chip smartphone dan tablet ini hanya mengandalkan satu arsitektur, yakni ARM, pada roadmap ke depannya. Rintisan SoC server barunya dikatakan mereka saatini sedang diujicoba di data center kategori "tier one".

Lantas apa perbedaan utama Qualcomm dibandingkan pembuat chip server ARM yang, beberapa pemainnya sudah gagal bersaing dengan Intel di dunia server?

Derek Aberle, Presiden Qualcomm, memberi jawaban singkat seperti dikutip dari Forbes.com, “Kami memiliki sejarah panjang dalam pengembangan arsitektur dengan desain sendiri (custom) yang rendah daya tapi berperforma tinggi”.

“Kami dapat menghadirkan keunggulan yang selama ini dimiliki ke posisi terdepan di dunia data center. … kami menyadari ini adalah investasi yang panjang dan proses yang berlangsung lama sebelum terlihat hasilnya”, yakin Derek.

Tren server data center yang bakal meningkat drastis jumlahnya hingga tahun 2020 nanti dianggap menjadi faktor pemikat nomor satu bagi pemain baru. Adanya peta kompetisi baru tentu akan berdampak positif bagi dunia server. Sebagai rajanya chip server, Intel akan semakin tertantang mengembangkan inovasi-inovasi berikutnya di dunia server.

Sebaliknya, pemain chip server baru seperti Qualcomm akan bisa memperlebar pangsa pasarnya di luar chip mobile yang kini semakin kompetitif dengan hadirnya pemain, seperti MediaTek, Samsung, Intel, Huawei, atau Rockchip.

 

 

Tags: , , , ,


COMMENTS